Komentar negatif di platform media sosial menciptakan beban psikologis yang tidak ringan bagi anak-anak usia sekolah menengah. Fenomena ini kemudian memicu reaksi stres berkepanjangan yang dapat mengganggu perkembangan emosional mereka. Oleh sebab itu, pemahaman mendalam tentang dampak komentar jahat menjadi kebutuhan mendesak bagi para pendidik.
Anak-anak yang menerima kritikan keras melalui media sosial menunjukkan gejala kecemasan yang signifikan. Selanjutnya, mereka mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam aktivitas belajar sehari-hari. Lebih jauh lagi, penurunan prestasi akademik sering terjadi akibat gangguan mental berkelanjutan tersebut. Dampak fisik meliputi sakit kepala, insomnia, hingga gangguan pencernaan yang memerlukan perhatian serius.
Data terbaru dari Ikatan Dokter Anak Indonesia mengungkapkan bahwa paparan komentar negatif meningkatkan hormon kortisol pada remaja. Kondisi ini kemudian mempengaruhi sistem imun serta kemampuan kognitif anak dalam jangka panjang. Dengan demikian, intervensi dini melalui pendidikan karakter digital menjadi solusi preventif yang paling efektif.
SMP KP Ciparay mengembangkan program bimbingan konseling khusus untuk mengatasi trauma digital pada siswa. Program tersebut melibatkan orang tua dalam proses pemulihan psikologis anak. Selain itu, sekolah juga memberikan pelatihan literasi emosional untuk membangun ketahanan mental siswa.
Orang tua dapat mengidentifikasi tanda-tanda stres melalui perubahan perilaku anak yang tiba-tiba. Komunikasi empati tanpa menghakimi menjadi kunci utama dalam proses penyembuhan. Akhirnya, komentar negatif tidak akan berdampak destruktif jika anak memiliki support system yang kuat dari keluarga.
Comments are closed